Selasa, 15 November 2011

Memek Akhwat Kampus: Laras 5 Digarap di Kontrakan

Tak lama kemudian Laras kembali mendekati orgasme, maka gadis berjilbab lebar itu mempercepat goyangannya dan mempererat pelukannya. Hingga akhirnya mencapai suatu titik dimana tubuh Laras mengejang, detak jantung mengencang, dan pandangan agak kabur lalu disusul erangan panjang serta melelehnya cairan hangat dari vagina Laras. Saat itu William gigit puting Laras dengan cukup keras sehingga gelinjang gadis manis yang alim itu makin tak karuan oleh rasa perih bercampur nikmat. Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyangan Laras pun makin mereda, tubuh gadis berjilbab lebar itu seperti mati rasa dan roboh ke belakang tapi ditopang dengan lengan William yang kokoh.
Dia membiarkan Laras berbaring mengumpulkan tenaga sebentar. Diambilnya tempat minum di atas meja kecil sebelah ranjang Laras dan disodorkan ke mulut Laras. Beberapa teguk air membuat Laras lebih enakan dan tenaga Laras mulai pulih berangsur-angsur.
Tiba-tiba, terdengar suara motor yang masuk kehalaman rmah kontrakan itu. “itu Rika!” Kata Laras yang langsung tergesa-gesa merapikan bajunya dan mengenakan roknya. Segera mereka berdua kembali keruang depan, duduk disofa berpura-pura tidak ada apa2.
“Assalamu alaikum…” Beberapa saat kemudian, Rika masuk. Laras dan William menjawabnya. “ada tamu ya mbak?” tanya Rika. Laras hanya mengangguk. “kenalkan, nama saya William.” Kata William sambil mengulurkan tangannya. Matanya jelalatan memandang Rika yang cantik dan ramping, yang memakai baju longgar putih, jilbab coklat muda dan rok yang berwarna sama dengan jilbabnya. Wajahnya manis dan putih, dengan bibir yang indah dan tipis. Rika tidak menyambut tangan William, namun langsung mengatupkan tangannya, :kenalkan, nama saya Rika.” Kata Rika. William langsung salah tingkah. “Mbak aku masuk dulu yah.” Kata Rika. Laras mengangguk. Kemudian Rika masuk. Tak berapa lama terdengar tivi diruang tengah didepan kasur busa yang tadi dipakai Laras dan William untuk bercinta terdengar dihidupkan. Ternyata Rika menonton tivi.
Beberapa saat, William mendekati Laras yang masih kepayahan. “Sudah segar lagi kan, Mbak Laras? Kita terusin lagi yuk!” sahut William senyum-senyum sambil mulai menggerayangi tubuh Laras kembali.
“jagan will..ntar Rika tahu..” kata Laras. “ya kita mainnya disini aja… diem-diem…” kata William sambil terus menggerayangi tubuh Laras. Tangan nakal William membuat Laras kembali mendesah. Kaki gadis berjilbab itu mulai terbuka. Namun William menginginkan gaya yang berbeda.
Kali ini tubuh Laras dibalikkan dalam posisi menungging telungkup diatas sofa. Kemudian William pelan2 menyibakkan rok hitam Laras, lalu mulai menciumi pantat Laras. Lidah William menelusuri vagina dan anus Laras memberi Laras sensasi geli. Kemudian Laras merasa William meludahi bagian dubur Laras, ya ketika gadis aktifis masjid kampus itu melihat ke belakang William memang sedang membuang ludahnya beberapa kali ke daerah itu, lalu digosok-gosokkan dengan jarinya. William mau main sodomi. Laras sudah lemas dulu membayangkan rasa sakitnya ditusuk kontol sebesar milik William pada daerah situ.
Benar saja yang Laras takutkan, setelah melicinkan daerah itu William bangkit lalu membuka retsleting celana jeansnya, mengeluarkan kontol besarnya, lalu dengan tangan kanan membimbing penisnya dan tangan kiri membuka anus Laras. Gadis alim itu meronta ingin menolak tapi segera dipegangi oleh William. “ssstt..jangan berontak..ntar Rika dengar..” bisik William ditelinga Laras.
“Jangan Will… Jangan disitu, sakit!” bisik Laras memohon, setengah meronta.
“Tenang Mbak Laras, nikmati saja dulu, ntar juga enak kok. Saya gak akan kasar. Dulu itu mbak juga keenakan khan?” bisik William.nafasnya terasa tersengal2, menahan gejolak birahi.
Gadis ayu berjilbab itu merintih tertahan sambil menggigit sofa menahan rasa perih akibat tusukan benda tumpul pada duburnya, yang lebih sempit dari vaginnya. Air mata Laras meleleh keluar.
“Aduuhh… Sudah Will… Laras nggak tahan,” rintih Laras yang tidak dihiraukannya.
“Uuhh… Sempit banget nih,” William berbisik mengomentari Laras dengan wajah meringis menahan nikmat.
Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya mentok juga penis William. William diamkan sebentar penisnya disana untuk beradaptasi sekalian menikmati jepitannya. Kesempatan ini juga dipakai gadis manis berjilbab itu untuk membiasakan diri dan mengambil nafas.
Laras menjerit kecil saat William mulai menghujamkan penisnya. Secara bertahap sodokan William bertambah kencang dan kasar sehingga tubuh gadis berjilbab itu pun ikut terhentak-hentak. Tangan William meraih kedua payudara Laras dari luar kaos dan jilbabnya dan diremas-remasnya dengan brutal. Keringat dan air mata Laras bercucuran akibat sensasi nikmat di tengah-tengah rasa perih dan ngilu, gadis manis berjilbab itu menangis bukan karena sedih, juga bukan karena benci, tapi karena rasa sakit bercampur nikmat. Rasa sakit itu Laras rasakan terutama pada dubur dan payudara, Laras mengaduh pelan setiap kali William mengirim hentakan dan remasan keras, namun gadis alim itu juga tidak rela William menyudahinya. Terkadang Laras harus menggigit bibir atau sofa untuk meredam jeritannya agar tidak keluar sampai keruang sebelah, dimana Rika ada disana.
Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri tubuh Laras yang Laras ekspresikan dengan desahan panjang, ya Laras mengalami orgasme panjang dengan cara kasar seperti ini, tubuh gadis montok berjilbab itu menegang beberapa saat lamanya hingga akhirnya lemas seperti tak bertulang. William sendiri menyusul Laras tak lama kemudian, William menggeram dan makin mempercepat genjotannya. Kemudian dengan nafas masih memburu William mencabut penisnya dari Laras dan membalikkan tubuh gadis aktifis kampus berjilbab lebar itu lalu mengarahkan kontolnya kewajah cantk dan putih Laras. Sperma William muncrat, menyemprot dengan derasnya dan berceceran di wajah Laras, menetes sampai membasahi jilbab hitam Laras.
Tubuh Laras tergolek lemas disofa, sementara William duduk terengah-engah dikursi empuk sebelah sofa panjang. Ia barusaja menikmati tubuh seorang gadis alim berjilbab yang biasanya menjaga dirinya. Terlebih lagi, william menikmatinya dikontrakan sang gadis berjilbab itu sendiri, tanpa melepas bajunya, dan ada rekannya sesama gadis berjilbab diruang sebelah. Sebuah senssi yang membuat gairahnya semakin tinggi dan orgasmenyapun semakin kuat. Pelan2 Laras duduk dan mengambil tissue dimeja, lalu membersihkan wajahnya yang berlumuran sperma, juga jilbabnya. Kemudian dengan pelan ia beranjak masuk kedalam, sepertinya hendak ke kamar mandi. Sementara itu tivi yang ada diruang dalam tidak terdengar lagi suaranya.
Tiba-tiba ditengah kelelahannya, William ingat Rika, rekan Laras sesama gadis berjilbab lebar yang tadi masuk ke dalam. Kembali pikiran bejatnya penasaran,s eperti apa rasa memek sang gadis yang terlihat lugu tadi. Setelah tenaganya sedikit terkumpul, ia kembali masuk ke ruang tengah.
Diruang tengah, ia menjumpai ruangan itu kosong, dan televisi yang tadi menyala telah mati. Segera ia melirik ke dua kamar di debelah ruang tengah. Dikamar yang satu, lewat pintu yangs edikit terbuka ia melihat Larasl, berbaring menelungkup dikasur. Wajahnya terbenam dalam bantal, dengan jilbab, baju longgar dan rok panjang yang masih ia pakai. Nampaknya gadis alim montok itu menangis. William tidak peduli. Langsung ia berpaling ke pintu satunya, yang tertutup. Segera ia berjongkok untuk mengintip dari lubang kunci, dan ketika ia mengintip, terkejutlah ia teramat sangat. Birahi yang tadi telah lepas, kini kembali datang. Ia melihat Rika, gadis alim berjilbab yang wajahnya terlihat lugu itu tidur terlentang. Baju, jilbab, kaus kaki putih dan roknya masih ia pakai, namun roknya sudah tersingkap keatas, memperlihatkan pahanya yang putih mulus. Keterkejutan William ialah karena Rika, sang gadis cantik berjilbab itu sedang menyusupkan tangannya ke balik celana dalamnya dan meraba-raba memeknya sendiri.
Sesaat kemudian Rika melepaskan celana dalam putih berendanya, membuat William semakin terkesima melihat bentuk memek Rika yang indah, dihiasi bulu-bulu tipis. William merasakan nafsu birahi kembali bangkit, batang kemaluannya kembali mengeras. William terus mengintip. Tangannya turun ke kontolnya yang etrtutup celana jeans, dan mengelus2nya.
Detik-detik selanjutnya, gadis berjilbab itu kembali melanjutkan aktivitasnya. Tangannya meraba-raba bibir memeknya yang merah merekah, sambil mulutnya tak berhenti mendesah. Pemandangan selanjutnya semakin membuat perasaan William tak karuan. Dimana, Rika mencucuk-cucuk memeknya sendiri dengan irama yang semakin lama semakin cepat. Namun melihat sang gadis ayu berjilbab itu masturbasi tanpa melepas jilbab dan bajunya tetap membuat William semakin birahi.
“Akkhh.. oohh.. oughhtt.. ouhh.. akhh..” desahan dan rintihan yang keluar dari mulut Rika semakin keras, sampai suatu saat William melihat tubuh gadis alim itu terhentak-hentak, pantatnya terangkat dan tubuhnya mengejang beberapa saat untuk kemudian terkulai lemas dan tertidur. Rupanya Rika sudah mencapai orgasme, pikir William dalam hati.
William yang sedari tadi mengintip tak dapat lagi membendung nafsu birahinya yang kembali datang.s egera ia ingat pada Laras.
Dengan segera William masuk kek amar Laras, dan menindih Laras. Laras yang terkejut tidak mampu berbuat apa-apa. “wil… udahhh…ampuuunnn… jangaaann… aku capeeeek…” rintih Laras sambil terisak-isak, namun William tidak peduli. Segera william  bangkit dan menarik pantat gadis montok berjilbab itu kebelakang sehingga posisi Laras sekarang agak menungging. Laras yang sudah lemas tidak mampu berontak, kecuali hanya terisak dan merintih memohon ampun yang tidak digubris oleh William. Gadis berjilbab itu menjerit tertahan ketika william menyingkap rok panjangnya keatas dan memelorotkan celana dalamnya. Beberapa saat kemudian terasa sebuah benda hangat yang besar kembali menyeruak masuk lubang memeknya. Dengan amat bernafsu setelah melihat Rika, agdis berjilbab rekan Laras masturbasi, William melampiaskan birahinya dengan kembali memperkosa memek Laras. disodoknya memek Laras dari belakang.
“Ohh.. Mbak Laras.. Ooh.. Oohh.. Oohh.. Mbak Laraaashhngg”, William meracau histeris sambil memacu kontolnya menembusi memek gadis alim itu dengan cepat dan bertenaga.
Berkecipak-kecipak suara memek Laras dihajar kontol William yang masih kokoh dan tegang itu. Tangan kekarnya kadang menepuk pantat bahenol dan padat Laras sampai merah kulitnya, gadis alim itu meringis-ringis antara perih dan nikmat yang mulai kembali menjalar dari memeknya keseluruh tubuhnya. “Aauughh.. Aaugghh.. Eehhmggh..”, Laras mulai bergairah kembali. Gadis alim itu mulai kembali tenggelam dalam birahi, diperkosa untuk kesekian kalinya dikamar kontrakannya olehs eorang asal indonesia timur. Kepalanya yang masih memakai jilbab ia benamkan kebantal, meredam desahan dan erangan nikmatnya.
Memek Laras berdenyut-denyut menyekap kontol William sehingga dari mulut William mencerocos erang-erangan kenikmatan. “Emmppoott.. Mbak Laraaashhngghh.. Ennaakk.. Bbanngeet.. Adduuhh.. Heehghh..”, semakin liar sodokan William, sampai pantat Laras merah-merah karena hantaman-hantaman paha William.
Kontol diayun untuk menyodok sedalam-dalamnya. Keduanya tercerai dari kesadaran kembali. Erangan dan ceracau terlontar di luar kendali akal. Kemudian dengan kasar Laras ditelentangkan dan diangkat satu kakinya yang kanan dan dipegangi. Lurus ke atas. William mendekatkan kontolnya kembali, dengan tubuh tegak sejajar kaki kanan Laras, William memajukan dan menghujamkan kontolnya lalu mulai mengayuh kembali. Laras sang gadis berjilbab itu memejamkan matanya rapat0rapat. Bibirnya ia gigit, seolah menahan erangan nikmat yang akan keluar. Tidak berhasil, karena masih etrdengar dengusan nafas birahi dan desahannya yang erotis.
Keduanya berpacu kembali, berliter-liter keringat telah membanjir keluar dari tubuh keduanya sampai baju yang masih mereka pakai basah kuyup. Tangan william merambat keatas, meremas kasar tetek Laras sambil terus menggenjot memek gadis alim montok itu dengan ganas. Hunjaman-hunjaman kontolnya kuat dan menyentak, membuat Laras merasakan kenikmatan yang sangat dalam perkosaannya. Matanya hanya membeliak-beliak dengan erangan-erangan yang sudah semakin menghilang.
“Oohggh.. Aaghh.. Eegh.. Eeghh.. Eeghh.. Maauuhh.. Nyampaihh.. Mbak Laraaashhnngghh.”
Laras tidak sempat menanggapi lagi karena dia sudah mencapai orgasmenya. kenikmatan kali ini yang dia rasakan sudah tak terukur. keduanya memekik tertahan, takut ketahuan oleh Nuruk yang tertidur dikamar sebelah.
“Aahh!!”.
Keduanya melengkungkan tubuh masing-masing ingin saling memasuki, William mencoba menembuskan kontolnya sampai ke tempat terdalam milik Laras, gadis alim itu terlihat seolah ingin mencakup seluruh milih William. Keduanya melipat dan saling mengatupkan dirinya dengan kuat-kuat ingin berpadu tak teruraikan.
Setelah beberapa saat menumpahkan spermanya ke memek Laras, William berbaring terlentang disamping Laras, kehabisan tenaga. Isak tangis Laras sudah tak terdengar. Gaids alim itu sepertinya sudah tak punya tenaga lagi juga. Beberapa saat istirahat, William kembali merapikan bajunya, dan beranjak pergi. Tidak lupa ia mengambil gambar Laras yang sedang tertidur dengan bagian bawah terbuka lebar. William tahu itu berguna suatu saat nanti.
Namun ia sekarang sudah puny target baru. Sang gadis alim yang berwajah lugu dan cantik, namun ternyata maniak masturbasi, Rika. Segera ia melenggang keluar kjontrakan gadis-gadis berjilbab itu dengan langkah ringan karena mendapat mangsa baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar