Kamis, 24 November 2011

Memek Akhwat Kampus : Ningsih 4 Lagi-lagi Diperkosa Polisi

Sudah dua hari sejak Ningsih diperkosa oleh tukang becak dekat rumah itu. Tidak ada gelagat tukang becak itu akan kembali. Tukang becak itu, yang ternyata bernama Marno, kabarnya pulang ke kampung haaman karena anaknya dihamili orang. Ningsih lega, karena tidak perlu takut diperkosa lagi, namun diam-ddiam ia juga mulai merindukan kontol laki-laki. Setelah perkosaan berturutan yang ia rasakan, gadis alim berjilbab yang cantik itu ternyata kini mulai ketagihan digauli.
Ketika Ningsih sedang kuliah, gairah itu datang lagi. Ningsih minta ijin untuk ke toilet. Di toilet, gadis alim itu segera menarik keatas baju terusan biru langitnya dan menyampirkan kepundak jilbab putihnya. Segera ia jongkok dan mulai mengelus-elus memeknya sendiri. Desahan-desahannya mulai terdengar. Gadis alim itu terus bermasturbasi memuaskan gairahnya yang menggebu-gebu. Ia merasa bersalah, namun tidak bisa menahan gairahnya. Tangannya bergerak semakin cepat, dan diakhiri oleh erangan tertahan dan goncangan hebat tubuh sintalnya. Cairan cintanya menyembur keluar, menyemprot membasahi lantai kamar mandi kampus. Orgasme yang ia rasakan begitu kuat, sehingga gadis berjilbab itu tidak menyadari ada dua pasang mata yang mendengar desahan dan erangannya dan mengintip perbuatannya. Bahkan salah satunya mengeluarkan HP berkamera dan mengambil gambar gadis berjilbab yang sedang orgasme itu. Setelah selelsai bermasturbasi, sambil terengah-engah Ningsih merapikan bajunya dan bergegas kembali ke kelas.
Saat kelas bubar, tiba-tiba ia mendapat telepon di Hnya. Ia angkat, dan terdengar suara yang pernah ia dengar, namun ia lupa. “ningsih ya?” tanya suara itu. “iya. Siapa ini?” tanya ningsih. “kamu sudah lupa aku? Heheheh… yang pernah memberimu kenikmatan di kantor polisi itu?” kata suara itu, seolah petir di siang bolong bagi ningsih. “Kmu mau apa?!” tanya ningsih. Dia sudah mulai ketakutan, manun juga merasakan birahinya naik. “jangan banyak tanya. Nanti ada mobil sedan starlet hitam mmenunggumu di luar kampus. Kamu masuk, ikut bersama kami, bersenang-senang. Hehehehe… jangan melawan, kami punya foto0fotomu yang lagi main sama kami. Heheheh…” lalu telepon itu diputus. Ningsih semakin takut, namun apa daya, ia juga takut jika bajingan2 itu menyebarkan foto2nya.
sore itu, Ningsih keluar kampus. Terlihat di seberang jalan didepan kampusnya, sudah ada mobil sedan starlet hitam. Ningsih segera menghampirinya. Pintu samping supir terbuka, dan terlihat polisi botak yang dulu memperkosanya. “mau apa?” tanya Ningsih. “aku rindu memekmu, nona manis berjilbab… hueheheheh… ayo naik, kita akan bersenang-senang.” Ningsih tidak mempunyai pilihan lain selain masuk dan meletakkan badan Ningsih dijok mobil sedan starlet hitam si botak yang empuk. Sebelum berangkat, si botak sempat mengulurkan tangan. “dulu kita belum berkenalan, bukan?” katanya sambil menyeringai. “heru.” Katanya lagi. Ningsih tidak menyambut, namun malah melengos. “dengar. Kalau kamu tidak patuh, aku tidak segan menembakmu, dan lagi, foto-fotomu akan kami sebarkan.” Kata Heru, polisi botak itu seram. Ningsih ketakutan dan pelan menyambut tangan Heru, bersalaman. Heru tiba-tiba menarik tangan Ningsih. “aku rindu bibirmu, nona cantik…” dan langsung menciumi bibir Ningsih. Gadis alim itu hanya diam pasrah saat Heru mencengkeram kepala Ningsih yang tertutup ji lbab, lalu menciumi bibir, pipinya yang putih, dan bahkan menjilatnya. Setelah puas menikmati bibir ningsih, sambil menyeringai Heru kemudian menginjak gas, dan berangkatlah mereka.
Dalam perjalanan, sebentar-sebentar tangan kiri Heru mengusap paha Ningsih, kadang ke dada Ningsih, dan mengusap tetek Ningsih yang berukuran 36B, hingga puting Ningsih mengeras. Ningsih hany abisa pasrah dan mulai mendesah-desah. Gairahnya sudah mulai terbakar. Gadis alim berjilbab lebar itu sudah mulai terangsang. “naikkan jubahmu sampai pinggang lalu agak hadap kesini!” Perintah Heru. Ningsih awalnya hendak menolak, namun melihat wajah sangar polisi bejat itu, Ningsih dengan berat hati menurutinya. Ningsih menarik eatas jubahnya dan menggeser badannya menghadap Heru, memperlihatkan celah memek Ningsih yang hanya ditutupi celana dalam tipis berenda yang sudah mulai basah. “heheheh…kok udah basah? Cewek berjilbab lebar kayak mbak bisa terangsang juga yaaa…” kata heru, membuat wajah putih N ingsih semakin memerah. Jari Heru pun menggeser celana dalam Ningsih kesamping, kemudian memainkan jarinya di memek Ningsih, membuat memek gadis berjilbab itu semakin basah. Ningsih tidak mampu menahan geli, dan menggigit bibirnya. Mata gadis berjilbab yang alim itu terlihat semakin sayu. Jari heru yang mengorek-ngorek ke dalam memek Ningsih, seakan berusaha menarik clitoris Ningsih keluar membuat gadis berjilbab itu merasa melayang2.
“Ssh.. Aah.. Shh.. Ah..” desah Ningsih mendesah-desah sambil mengeliat. Heru kemudian menyampirkan jilbab Ningsih ke pundak, lalu menuntun tangan Ningsih memilin-milin putingnya sendiri. Desahan gadis berjilbab itu semakin keras. Wajahnya merah pertanda malu, namun juga terangsang. Terbukti Ningsih tidak melepaskan tangannya dari merangsang payudaranya sendiri, dan terus merangsang payudaranya sendiri.
Ditengah jalanan yang macet antara puncak dan jakarta, didalam mobil sedan starlet nya yang berkaca hitam, Heru membuka resleting celananya, mengeluarkan kontol besarnya, lalu menarik kepala Ningsih menunduk. “ayo kulum!” bentak Heru. Ningsih mulai mengulum kontol Heru yang sudah mulai mengeras. Batang kontol sepanjang 20 cm itu dikulum masuk ke dalam mulut gadis berjilbab itu. Karena tidak dapat semuanya masuk, Ningsih memegang sisa batangnya dengan tangan kanan putih mulusnya dan mulai mengocok kontol yang besar dan panjang itu. Dioral oleh seorang gadis cantik yang alim berjilbab besar yang sedang terangsang merupakan sensasi tersendiri yangs emakin membangkitkan nafsu Heru.
“Aaakhh.. Mbaaakkkhh.. Enak.. Pinter banget sih..” sambil tangannya sebentar sebentar menekan kepala Ningsih.
Ningsih menjilati batang kontol polisi bejat itu, mengemput buah zakarnya. Ningsih menyedot sedot kepala kontolnya, dan memainkan lidahnya berputar putar diatas helemnya saat kontol Heru masih dalam mulut Ningsih, hingga kontolnya yang besar itu seperti berputar putar di mulut Ningsih yang sempit. Tiba tiba Heru menekan kepala Ningsih hingga kontolnya terasa penuh dalam mulut Ningsih dan ia mengeluarkan pejunya ke dalam mulut gadis alim berjilbab itu yang terpaksa menelan habis pejunya.
“Ssshh.. Ahh.. mbak, makin mahir aja kamu nyedotnya.. Ada yang ngajarin ya?” ujar Heru sambil tersenyum dan melirik Ningsih nakal. Ningsih yang syok kembali ke posisinya bersandar pada sandaran kursi. Ia mulai menangis.
Heru yang melihat gadis berjilbab itu menangis justru semakin ingin mempermainkannya. “naikkan kakimu yang kiri, lalu main sendiri pake’ dildo di dashbord!” kata Heru. Nigsih dengan tangan bergetar mengambil dildo yang bentuknya panjang berduri dan mulai memasukkan barang itu pelan ke memeknya.
“Sshh..” gadis alim itu mendesis merasakan ada barang yang masuk dalam memeknya. Sungguh ia belum pernah merasakan hal yangs eperti ini sebelumnya.
Belum sampai mentok NIngsih mendorongnya, tiba-tiba Heru menariknya cepat dan membuat duri-duri yang tadinya tidur, tiba tiba berdiri dan menggaruk dinding memek gadis berjilbab itu yangs emakin becek.
“Aaahh.. Auuugghhh..paaakkhh..” jerit Ningsih kaget, gadis alim berjilbab itu tidak mengira akan seenak itu.
Dengan pintu sebagai topangan badan Ningsih, gadis alim itu mulai sedikit menggoyang pinggulnya mengikuti irama keluar masuk dildo dalam memeknya. “sshhh…auughh…” gadis alim itu terus mendesis dan mendesah. Birahinya sudah tak tertahankan. “nih, main sendiri!” kata heru. Ningsih mengambilnya dan mengendalikannya sendiri.
“Aaahh.. Aahh.. Paaakkk..” desah Ningsih setiap kali dildo itu Ningsih tarik keluar. Gadis berjilbab itu telah lalrut dalam lautan gairah yang tak bertepi.
Belum Ningsih mencapai klimaks, ternyata mobil telah berhenti di pinggir sebuah jalan desa yang sepi. Tiba-tiba Heru membuka pintu yang Ningsih sandari, hingga Ningsih hampir terjatuh, tapi ia menahan gadis berjilbab itu dari belakang. Kemudian ia mengambil alih dildo yang ada dalam memek Ningsih dan ia mengocoknya cepat.
“Ssshha aahh.. Aaahh.. Aaahh.. paaakkhh.. Auugghh.. jaannggaaaannhhh.. aauughh..hmmhhh…ennnaaakkk…” gadis berjilbab yang selama ini alim dan sangat menjaga dirinya itu mulai meracau kesetanan akibat rangsangan yang ia terima di memeknya.
Mendengar rintihan Ningsih, Heru polisi bejat langsung membalik badan Ningsih dan mengarahkan kontolnya yang telah berdiri tegak ke lubang memek gadis alim berjilbab itu. Ningsih yang tau apa yang hendak dilakukan heru hanya bisa terpejam dan menggigit bibir merahnya. Tubuh gadis berjilbab lebar itu  sudah tidak sabar untuk menerima kontol besar Heru. Sekalipun sudah basah, tapi tetap saja, kontol Heru yang berdiameter 5 cm itu tidak dapat masuk dengan mudah. Setelah beberapa kali kepala kontolnya mengorek lubang memek Ningsih, akhirnya dapat juga masuk.
“Sshh aaaaaahh..” jerit Ningsih ketika Heru menusukkan kontolnya dalam sekalipun masih tersisa 4 cm diluar memek gadis alim itu.
Heru mengikatkan kaki Ningsih ke pinggulnya dan ia menarik Ningsih keluar dari mobil, hingga gadis alim itu digendongnya dengan kontol sudah ada didalam memeknya. Jilbab putih yang gadis itu kenakan menjuntai kebelakang. Heru membawa Ningsih kebagian depan mobil. Gadis alim berjilbab yang cantik itu sudah mulai mengejang karena terasa sangat mengganjal dengan 4 cm kontolnya yang seperti menusuk-nusuk berusaha mendobrak lobang peranakannya. Dan kaki Ningsih semakin kuat menjepit pinggulnya.
Sesampainya di depan mobil, ia menidurkan Ningsih diatas kap mobil, kemudian mengangkat kedua kaki putih Ningsih ke pundaknya dan merapatkan paha putih gadis berjilbab itu. Tempatnya yang sepi namun terbuka menimbulkan sensasi tersendiri bagi mereka berdua.
“Ahh.. aauuughhh…paaakkghhh.. Ennakk.. mmmhhh.. HH..”
Memek gadis alim itu terasa sangat sempit, dan Heru, polisi bejat itu mengocok kontolnya dan memaksakan kontolnya yang tersisa diluar untuk masuk lebih dalam. Namun tetap tidak bisa. Ia segera membalikkan badan Ningsih, hingga dalam posisi doggy dengan kaki gadis berjilbab itu ikut mrnnumpu di tanah dan badannya telungkup di kap mobil. Badan Ningsih sudah mulai bergetar keras karena nikmatnya, Heru tetap menusukkan kontolnya dengan membabi buta ke dalam memek Ningsih, sementara tangannya memeras-meras tetek gadis alim itu dengan keras hingga meninggalkan bekas merah. Jilbab putihnya basah oleh keringatnya yang membanjir.
“Aaahh.. ppaaakkkgghh.. SsSSHH..mmmhhh.. Ningsih mau pipiiiisshhh… paakkkhhh.. gatteeeel paaaakkkkkhhhh….!!.” racau Ningsih dengan nafsu yang sudah hampir tidak dapat ditahan lagi. “Samaa ssayy.. keeluaariin didalam yaaa….” tanya Heru dengan semakin cepat ia mengocok kontolnya. “mmmhh…. Teerrseraaahhhh…Aaahh.. Ssshh.. Aaahh..” jawab Ningsih kacau. Gadis berjilbab itu ternyata sudah ketagihan disemprot memeknya memakai peju laki2. “Baarreengngg ssaayy.. Dikkitt llaggii.. Aahh..”
Bersamaan dengan keluarnya pejunya dalam memek Ningsih dan rongga memek gadis alim itu yang berkedut keras. Entah berapa kali Heru semprotkan pejunya, karena cukup banyak, sampai meleleh keluar memek Ningsih bercampur dengan cairan cinta dari dalam memek gadis berjilbab itu.
“Makasih sayang… enak kan, kalo dinikmati? Heheheh…” ujar Heru sambil mengecup kening Ningsih. “hhhmmhhh…!” gadis berjilbab itu tidak menjawab. Ia tidak mungkin berbohong, karena cairan cintanya sudah berbicara.
Terlihat dari langit yang mulai gelap, hari sudah senja. Ningsih dan Heru kemudian merapikan baju merek amasing2 dan masuk ke mobil, dimana Heru membawa N ingsih itu pulang ke kostnya. Diperjalanan, gadis alim itu dipaksa kembali mengulum kontol Heru dan menelan air mani Heru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar